JOKOWI DAN SAPI, JOKOWI ADALAH KITA, KITORANG PILIH DIA JADI PRESIDEN R.I. KE-7
Jokowi dan Sapi NTT
Sumber: http://statik.tempo.co/data/2014/04/23/id_283359/283359_620.jpg
Padang savanna
membentang luas di bumi Flobamora (Flores, Sumba, Timor dan Alor), Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Kawanan ternak sapi merumput di tengah rerumputan kering
di musim kemarau dan berganti hijau di musim hujan. Mata sapi-sapi itu terpanah
pada sosok pria berperawakan kurus, ceking dengan seutas senyum lebar menghiasi
wajah sederhana. Ada yang bilang ia berwajah ‘ndeso’ (orang kampung). Pria itu
bernama Joko Widodo, kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961. Alumnus Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini menginjakkan kakinya di bumi
Flobamora dalam kunjungannya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 28-29
April 2014.
Jokowi, demikian ia dikenal adalah
sosok “gembala” (baca: pemimpin) yang setia pada rakyatnya (merakyat),
jujur, dan sederhana. Meski ia sendiri
mengakui berwajah ‘ndeso’ tapi cara berpikirnya cemerlang. Ia datang ke NTT, bukan sebagai penguasa yang harus dilayani,
tetapi ia datang sebagai pemimpin yang mau melayani kebutuhan rakyatnya. Pada
tanggal 14 April 2014, Jokowi dan Frans Lebu Raya, Gubernur NTT melakukan
penandatanganan kesepakatan kerja sama pasokan daging sapi dari NTT untuk lima
tahun ke depan dengan nilai investasi Rp 2 triliun, dan 2 minggu kemudian,
tepatnya pada Senin, 28 April 2014, Jokowi menginjakkan kakinya di padang
savvana NTT. Ia mau melihat dari dekat sapi-sapi NTT. Ia mau mencium aroma sapi
NTT. Ia mau menjawabi kebutuhan rakyatnya.
Kerjasama
yang dibangun oleh Jokowi dengan Frans Lebu Raya menunjukkan kecintaannya pada
sumber daya yang dimiliki oleh negeri ini. Jokowi tahu benar bahwa NTT adalah
salah satu provinsi yang memiliki ketersediaan ternak sapi yang patut dikelola
dan dikembangkan demi kesejahteraan rakyat. Populasi sapi NTT (jenis sapi Bali)
di kawasan Pulau Timor saat ini sekitar 600.000 ekor dan untuk Pulau Flores
155.195 ekor, di Pulau Sumba itu jenis sapi Onggol 60.000 ekor. Dengan kerja
sama selama lima tahun dan investasi yang besar dari Pemerintah DKI Jakarta,
diharapkan pada lima tahun mendatang NTT akan mempunyai populasi sapi sampai
dengan 900.000 ekor
Jokowi
adalah patriot sejati. Ia memiliki wawasan nusantara yang cermat. Ia tidak lupa
bahwa tanah air Indonesia memiliki berbagai macam potensi dan sumber daya. Sapi
NTT dapat menjadi salah satu contoh adanya potensi dan sumber daya itu. Masih
banyak potensi dan sumber daya alam, sumber daya manusia yang dimiliki oleh
negeri ini. Bagi Jokowi, kita tidak boleh melupakan potensi dan sumber daya
yang ada di bumi Indonesia. Baginya, sapi NTT adalah kekayaan orang NTT yang
patut dikembangkan untuk kemakmuran rakyat di NTT. NTT tidak boleh menjadi
miskin dan tak pantas menjadi provinsi miskin karena sapi-sapi NTT adalah
sapi-sapi unggul dengan bobot yang ideal untuk menjadi sumber pasokan daging
bagi penduduk DKI Jakarta bahkan bila perlu terus dikembangkan menjadi
primadona ekspor orang NTT.
Jokowi
adalah orang pertama di Indonesia yang memiliki gagasan cemerlang untuk
meningkatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah atau
wilayah di tanah air Indonesia. Gagasan ekonomi kreatif, “tol laut”, zona
maratim dan potensi kekayaan laut, politik diplomasi jalan damai tapi siap
‘bikin rame’ (baca: berani dan tegas) bila wilayah NKRI dicaplok adalah bagian
dari kesungguhannya membangun bangsa ini menjadi bangsa yang hebat. Semuanya
itu harus berdiri kokoh di atas landasan idiil yang kuat yakni Pancasila, UUD
1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Untuk mencapainya butuh kerja cepat dan
tepat. Butuh revolusi. Revolusi bukan artinya pertarungan politik dan angkat
senjata hingga memakan korban dan membuat rakyat di bumi Garuda Pancasila
bersimbah darah, melainkan revolusi mental yang dengan segera menciptakan atau
mengembalikan karakter manusia Indonesia sebagai manusia yang manusiawi,
berakhlak, berhatinurani, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sapi NTT
adalah bagian dari sumber daya yang dimiliki oleh rakyat negeri ini yang patut
dikembangakan untuk kemakmuran rakyat. Sapi NTT membutuhkan gembala sejati,
membutuhkan pemimpin yang sederhana, jujur dan merakyat. Sapi NTT membuat
Jokowi terpanah pada sorot mata berjuta masyarakat miskin yang membutuhkan
sentuhan atau jamahan tangan sang gembala sejati itu. Dia itu Jokowi. Sapi NTT
telah membuat saya dan keluarga saya, tetangga saya, teman-teman saya, kerabat
dan handai tolan memandang Jokowi sebagai figure yang layak menjadi seorang
pemimpin di negeri ini. Jokowi layak menjadi presiden Indonesia ke-7
menggantikan SBY. Karena Jokowi adalah kita yang ada di NTT, kita yang ada di
Aceh, kita yang ada di Madura, kita yang ada di Tenggarong, kita yang ada Palu,
kita yang ada di Halmahera, kita yang ada di Sorong. Singkatnya, kita semua
yang ada di bumi Indonesia dan kita semua orang Indonesia di mana saja kita
berada. Meski kita semua berbeda, tetapi kita semua memilih Jokowi menjadi
pemimpin kita, menjadi presiden Indonesia ke-7.
Jokowi
layak menjadi presiden Indonesia dengan JK (Jusuf Kalla) menjadi wakil
presidennya. Keduanya adalah sosok yang memiliki hati yang otentik bagi rakyat
dan bangsa Indonesia. Keduanya sudah melewati berbagai pengalaman,
jatuh-bangun, susah-senang membangun negeri ini menjadi suatu negeri yang maju dan
hebat. Itu artinya seluruh rakyat Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari Sabang sampai Marauke menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Jokowi-JK.
Sebab kita (kitorang) memilih Jokowi-JK menjadi pemimpin kita, pemimpin bangsa
Indonesia, pemimpin yang mampu membuat Indonesia menjadi Negara yang hebat
karena telah dilandasi dengan mental ke-Indonesia-an yang mandiri secara
politik, ekonomi, dan budaya.
Rekam jejak
Jokowi yang bersih dan berhasil memajukan rakyatnya selama menjadi Walikota
Solo dan kemudian Gubernur DKI Jakarta, antara lain pengembalian fungsi waduk
dan sungai, penyediaan ruang terbuka hijau, dan pengembangan e-governance membuat dirinya mumpuni
memimpin Republik Indonesia 5 (lima) tahun yang akan datang dan bahkan jika ia
berhasil, bukan tidak mungkin kita akan memilihnya lagi untuk 5 (lima) tahun
kedua. Ya pilihan kita pada nomor yang kedua. Salam dua jari! #LombaPilpresSIP.