Jonas Gobang

Friday, July 18, 2014

JOKOWI DAN SAPI, JOKOWI ADALAH KITA, KITORANG PILIH DIA JADI PRESIDEN R.I. KE-7

Jokowi dan Sapi NTT

Sumber:  http://statik.tempo.co/data/2014/04/23/id_283359/283359_620.jpg



Padang savanna membentang luas di bumi Flobamora (Flores, Sumba, Timor dan Alor), Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kawanan ternak sapi merumput di tengah rerumputan kering di musim kemarau dan berganti hijau di musim hujan. Mata sapi-sapi itu terpanah pada sosok pria berperawakan kurus, ceking dengan seutas senyum lebar menghiasi wajah sederhana. Ada yang bilang ia berwajah ‘ndeso’ (orang kampung). Pria itu bernama Joko Widodo, kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961. Alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini menginjakkan kakinya di bumi Flobamora dalam kunjungannya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 28-29 April 2014.
            Jokowi, demikian ia dikenal adalah sosok “gembala” (baca: pemimpin) yang setia pada rakyatnya (merakyat), jujur,  dan sederhana. Meski ia sendiri mengakui berwajah ‘ndeso’ tapi cara berpikirnya cemerlang. Ia datang ke NTT,  bukan sebagai penguasa yang harus dilayani, tetapi ia datang sebagai pemimpin yang mau melayani kebutuhan rakyatnya. Pada tanggal 14 April 2014, Jokowi dan Frans Lebu Raya, Gubernur NTT melakukan penandatanganan kesepakatan kerja sama pasokan daging sapi dari NTT untuk lima tahun ke depan dengan nilai investasi Rp 2 triliun, dan 2 minggu kemudian, tepatnya pada Senin, 28 April 2014, Jokowi menginjakkan kakinya di padang savvana NTT. Ia mau melihat dari dekat sapi-sapi NTT. Ia mau mencium aroma sapi NTT. Ia mau menjawabi kebutuhan rakyatnya.
            Kerjasama yang dibangun oleh Jokowi dengan Frans Lebu Raya menunjukkan kecintaannya pada sumber daya yang dimiliki oleh negeri ini. Jokowi tahu benar bahwa NTT adalah salah satu provinsi yang memiliki ketersediaan ternak sapi yang patut dikelola dan dikembangkan demi kesejahteraan rakyat. Populasi sapi NTT (jenis sapi Bali) di kawasan Pulau Timor saat ini sekitar 600.000 ekor dan untuk Pulau Flores 155.195 ekor, di Pulau Sumba itu jenis sapi Onggol 60.000 ekor. Dengan kerja sama selama lima tahun dan investasi yang besar dari Pemerintah DKI Jakarta, diharapkan pada lima tahun mendatang NTT akan mempunyai populasi sapi sampai dengan 900.000 ekor
            Jokowi adalah patriot sejati. Ia memiliki wawasan nusantara yang cermat. Ia tidak lupa bahwa tanah air Indonesia memiliki berbagai macam potensi dan sumber daya. Sapi NTT dapat menjadi salah satu contoh adanya potensi dan sumber daya itu. Masih banyak potensi dan sumber daya alam, sumber daya manusia yang dimiliki oleh negeri ini. Bagi Jokowi, kita tidak boleh melupakan potensi dan sumber daya yang ada di bumi Indonesia. Baginya, sapi NTT adalah kekayaan orang NTT yang patut dikembangkan untuk kemakmuran rakyat di NTT. NTT tidak boleh menjadi miskin dan tak pantas menjadi provinsi miskin karena sapi-sapi NTT adalah sapi-sapi unggul dengan bobot yang ideal untuk menjadi sumber pasokan daging bagi penduduk DKI Jakarta bahkan bila perlu terus dikembangkan menjadi primadona ekspor orang NTT.
            Jokowi adalah orang pertama di Indonesia yang memiliki gagasan cemerlang untuk meningkatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah atau wilayah di tanah air Indonesia. Gagasan ekonomi kreatif, “tol laut”, zona maratim dan potensi kekayaan laut, politik diplomasi jalan damai tapi siap ‘bikin rame’ (baca: berani dan tegas) bila wilayah NKRI dicaplok adalah bagian dari kesungguhannya membangun bangsa ini menjadi bangsa yang hebat. Semuanya itu harus berdiri kokoh di atas landasan idiil yang kuat yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Untuk mencapainya butuh kerja cepat dan tepat. Butuh revolusi. Revolusi bukan artinya pertarungan politik dan angkat senjata hingga memakan korban dan membuat rakyat di bumi Garuda Pancasila bersimbah darah, melainkan revolusi mental yang dengan segera menciptakan atau mengembalikan karakter manusia Indonesia sebagai manusia yang manusiawi, berakhlak, berhatinurani, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
            Sapi NTT adalah bagian dari sumber daya yang dimiliki oleh rakyat negeri ini yang patut dikembangakan untuk kemakmuran rakyat. Sapi NTT membutuhkan gembala sejati, membutuhkan pemimpin yang sederhana, jujur dan merakyat. Sapi NTT membuat Jokowi terpanah pada sorot mata berjuta masyarakat miskin yang membutuhkan sentuhan atau jamahan tangan sang gembala sejati itu. Dia itu Jokowi. Sapi NTT telah membuat saya dan keluarga saya, tetangga saya, teman-teman saya, kerabat dan handai tolan memandang Jokowi sebagai figure yang layak menjadi seorang pemimpin di negeri ini. Jokowi layak menjadi presiden Indonesia ke-7 menggantikan SBY. Karena Jokowi adalah kita yang ada di NTT, kita yang ada di Aceh, kita yang ada di Madura, kita yang ada di Tenggarong, kita yang ada Palu, kita yang ada di Halmahera, kita yang ada di Sorong. Singkatnya, kita semua yang ada di bumi Indonesia dan kita semua orang Indonesia di mana saja kita berada. Meski kita semua berbeda, tetapi kita semua memilih Jokowi menjadi pemimpin kita, menjadi presiden Indonesia ke-7.
            Jokowi layak menjadi presiden Indonesia dengan JK (Jusuf Kalla) menjadi wakil presidennya. Keduanya adalah sosok yang memiliki hati yang otentik bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Keduanya sudah melewati berbagai pengalaman, jatuh-bangun, susah-senang membangun negeri ini menjadi suatu negeri yang maju dan hebat. Itu artinya seluruh rakyat Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dari Sabang sampai Marauke menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Jokowi-JK. Sebab kita (kitorang) memilih Jokowi-JK menjadi pemimpin kita, pemimpin bangsa Indonesia, pemimpin yang mampu membuat Indonesia menjadi Negara yang hebat karena telah dilandasi dengan mental ke-Indonesia-an yang mandiri secara politik, ekonomi, dan budaya.
            Rekam jejak Jokowi yang bersih dan berhasil memajukan rakyatnya selama menjadi Walikota Solo dan kemudian Gubernur DKI Jakarta, antara lain pengembalian fungsi waduk dan sungai, penyediaan ruang terbuka hijau, dan pengembangan e-governance membuat dirinya mumpuni memimpin Republik Indonesia 5 (lima) tahun yang akan datang dan bahkan jika ia berhasil, bukan tidak mungkin kita akan memilihnya lagi untuk 5 (lima) tahun kedua. Ya pilihan kita pada nomor yang kedua. Salam dua jari! #LombaPilpresSIP.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home